Friday, March 10, 2006

Menyusui ASI: Diperlukan Komitmen Yang Kuat Dan Institusionalisasi Nilai-nilai

Membaca tulisan Ibrahim B. Syed, PhD., President Islamic Research Foundation International, Inc., Amerika, sungguh menarik. Artikel yang ditulisnya mengenai bagaimana Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad lebih dari 14 abad yang lalu, yang telah menegaskan bahwa seorang Ibu yang melahirkan anak sebaiknya menyusui sendiri anaknya selama dua tahun penuh, itu bagi yang ingin melengkapinya. Artinya, kalau mau melengkapi, dengan segala keunggulan ASI yang dimiliki seorang Ibu, dan anak yang disusuinya akan memperoleh manfaat terbaik dari ASI itu, maka sebaiknya seorang Ibu harus menggenapinya dengan memberi ASI selama dua tahun penuh. Namun, kalau pun tidak sepenuhnya dua tahun, sebagian besar Ibu-ibu merasa cukup jika memberinya setidaknya selama enam bulan secara eksklusif.

Hal ini, sudah ditegaskan Al-Qur'an (Surah Al-Baqarah:233) dan jika seorang Ibu berhasil memenuhinya, hal itu akan menjadi bagian dari ibadah. Tak jarang, Ibu-ibu justru menghindar untuk menyusui anaknya menggunakan ASI dengan berbagai macam alasan, atau karena ingin cepat-cepat "terbebas" dari keharusan menyusui anaknya, atau agar tubuhnya tetap terjaga dan terlihat indah. Meski hingga kini belum ada satu penelitian mengenai apakah karena menyusui, maka tubuh seorang wanita akan menjadi kurang menarik lagi.

Menyusui ASI bukan semata-mata karena bernilai ibadah saja, melainkan secara nyata berdasarkan hasil penelitian bahwa ASI terbukti memberikan banyak manfaat bagi anak, terutama aspek kekebalan atau daya tahan anak dari kemungkinan berbagai penyakit. Sebaliknya, seorang Ibu yang melahirkan secara kodrati, selama Ibu dalam keadaan sehat, pasti akan memiliki ASI dalam jumlah yang cukup untuk disusukan kepada anaknya. Jika susu ini tidak disusukan alias dikeluarkan, bukan tak mungkin justru akan kurang mendorong kesehatan si Ibu juga, karena tak adanya stimulans yang normal terjadi pada Ibu yang melahirkan.

Sisi lain, yang tak jarang kurang mendapat perhatian adalah bahwa dengan menyusui, itu merupakan suatu momen yang sangat penting, yang mampu membangun komunikasi dan kedekatan antara seorang Ibu dengan anaknya, yang tentunya disapa dengan kasih sayang yang sangat tulus, sebagai manifestasi kasih sayang yang terbina di antara Ibu dan Bapak, yang sebelumnya saling menyintai dan bersepakat untuk menikah. Tumpahan kasih sayang itu, kemudian muncul dalam bentuk yang lain, yakni kasih sayang kepada anak, yang menjadi buah hati kasih sayang di antara keduanya.

Menyusui, bukanlah sesuatu pekerjaan yang menyebalkan, yang membuat seorang Ibu serasa terpasung, melainkan suatu bentuk limpahan kasih sayang, dan sekaligus bukti kasih sayang yang dimiliki di antara kedua Ibu-Bapak, yang kini terwujud dengan adanya anak itu. Menyusui, juga bukanlah sesuatu yang mengungkung seorang Ibu dengan berbagai kewajiban-kewajiban yang berat sebelah. Dalam artian, bahwa di satu sisi, anak memang merupakan titisan kasih sayang bersama, Ibu dan Bapak, namun ketika lahir ada beban berat yang harus dipikul oleh seorang Ibu, dan tidak oleh seorang Bapak. Menyusui, tidak pula sebagai suatu bentuk aktivitas yang memungkinkan mendegradasikan kesehatan atau kecantikan tubuh seorang wanita.

Karenanyalah, pada saat yang sama, sebenarnya, kaum lelaki, yang berjuluk Bapak itu, juga mampu melihat hal tersebut secara lebih seimbang, yang memungkinkan kehadiran seorang anak, yang sesungguhnya memiliki hak-haknya yang sama besar, justru tidak menjadi "beban" bagi seorang Ibu saja, melainkan juga bagi Bapak. Kebersamaan itulah yang kemudian akan semakin mendorong upaya-upaya untuk mengasuh anak, termasuk tentunya menyusui, (meskipun hanya wanita saja yang bisa menyusui ASI), namun tidak membuat Bapak harus berpangku tangan. Kebersamaan itu, justru mampu memberikan nuansa baru dalam melihat kehadiran seorang anak, dan ujungnya menyusui dengan ASI, yang merupakan wujud upaya nyata sejak dini bagaimana seorang anak memperoleh dasar-dasar daya tahan terhadap kesehatannya di waktu-waktu mendatang.

Kebersamaan itulah, yang menurut saya, akan memberikan suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan bagi seorang Ibu untuk bersedia menyusui anaknya, bukan hanya enam bulan, malah mungkin dua tahun secara penuh. Hal ini akan dapat dipenuhi, apalagi kalau kita bisa memahami bahwa seorang anak memiliki hak yang sama besarnya untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dari sejak awal kehadirannya di dunia ini. Seperti dinyatakan oleh Kahlil Gibran, bahwa anak bukanlah milik kita, tetapi dia memiliki dunianya sendiri. Yang justru menjadi tanggungjawab orangtuanya adalah bagaimana memberikan suasana dan fasilitasi yang memungkinkan si anak berkembang menyongsong kehidupan dan masa depannya.

Dan, sekali lagi, apa yang saya uraikan di atas sudah dibuktikan oleh banyak orang, sebagai wujud dari kasih sayang yang tulus, terutama jika hal itu dilakukan dengan benar. Karena, sesungguhnya, memiliki anak bukan hanya sebagai konsekuensi dari keputusan menikah atau memperoleh kesenangan seksual belaka, melainkan lebih dari itu merupakan wujud penerusan nilai-nilai transendental sebagai tanggung jawab terhadap kehidupan dunia. Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia yang dijalankan dengan sebaik-baiknya, yang kemudian akan menghantarkannya menuju kehidupan akhirat yang juga baik - fid dunya wal akhirah, dan bukan sebaliknya, kehidupan akhirat saja tanpa memperdulikan dunia. Hal itu pula yang akan memberikan titik keseimbangan yang lebih baik dan harmoni.

Soal menyusui ini menjadi menarik, karena memang secara ilmiah berhasil dibuktikan bahwa ASI sangat baik bagi pertumbuhan dan kesehatan anak, yang sesungguhnya tiada bandingannya dengan susu buatan lainnya yang pernah ada hingga saat ini. Hal ini pula yang kemudian mendorong pemerintah Amerika Serikat, menetapkan suatu target pencapaian bahwa pada tahun 2010, paling tidak 75% Ibu-ibu yang telah keluar dari rumah sakit bersalin tetap memberikan ASI kepada anaknya, dan setidaknya pula 50% Ibu-ibu yang menyusui itu melakukannya selama sekurangnya 6 bulan, dan 25% persennya hingga satu tahun.

The American Academy of Pediatrics malah merekomendasikan bahwa menyusui dengan ASI secara eksklusif selama enam bulan, sambil menambah makanan lainnya selama satu tahun, maka hal itu akan sangat baik untuk bayi mereka.

Menariknya, pemerintah Amerika sangat perhatian dengan hal ini dan itu diwujudkan dalam bentuk target pencapaian, yang dilakukan dengan penuh kesengajaan dan didukung oleh institusi tertentu, aturan dan kesadaran dari pihak-pihak yang terkait, seperti dokter, suster, dan komunitas masyarakat secara luas, yang sekaligus semakin mendorong para Ibu-ibu untuk mau melakukannya. Artinya, nilai-nilai kebaikan itu tak hanya lekat sebagai suatu penegasan saja, seperti yang dinyatakan di Kitab Suci, dalam hal ini Al-Qur'an, melainkan diterapkan secara institusional dan didukung oleh aturan yang konkrit. Perwujudan nilai-nilai kebaikan itu diterapkan secara nyata dan dikawal oleh institusi dan aturan yang jelas, yang nyata-nyata merupakan campur tangan institusi negara terhadap upaya memberikan kebaikan kepada masyarakatnya.

Hal semacam inilah yang sesungguhnya sangat diperlukan, sehingga nilai-nilai yang diajarkan oleh Kitab Suci menjadi nyata, dan dikawal secara luas dan didasari oleh suatu visi yang jelas, serta manfaat-manfaat yang dibawanya. Pada saat yang sama, hal itu juga didukung oleh hasil-hasil penelitian yang mendalam mengenai hal tersebut, yang mungkin akan memberikan bentuk pemahaman yang lebih komprehensif dan didukung temuan ilmiah.

Mungkin hal ini bisa menjadi renungan untuk aspek-aspek lainnya, misalnya di tanah air Indonesia tercinta ini. Yakni bagaimana nilai-nilai yang baik itu dapat diwujudkan, dan tak hanya cukup dibicarakan atau dihotbahkan saja, melainkan diinstitusionalisasikan menjadi instrumen nyata di tengah-tengah masyarakat. Bisa jadi, awalnya belum sempurna, namun jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan diperoleh suatu bentuk pengalaman nyata. Sehingga, kalau ada yang kurang, atau kurang tepat, maka terbuka untuk diperbaiki, sehingga kemudian menjadi sesuatu yang lebih baik penerapannya. Amin.

Bacan lainnya:

0 comments:

Blogger template 'Darkness Fall' by Ourblogtemplates.com 2008